Minggir kawan! Beri jalan kepada
dongeng-dongeng adaptasi yang sedang melanda Hollywood akhir-akhir ini.
Sepertinya kualitas buruk yang dihasilkan Beastly dan Red Riding Hood
tahun lalu tidak pernah membuat surut langkah para sineas-sineas
Hollywood untuk tetap meneruskan tren ini. Lihat, untuk tahun ini saja
ada dua versi Snow White yang hanya berjarak tiga bulan dan
mereka punya budget dan pemain yang lebih besar ketimbang dua
pendahulunya itu, dan saya masih belum menyebut versi modifikasi Hansel and Gretel: Witch Hunters yang juga sudah menunggu di awal tahun depan atau Jack The Giant Killer-nya Bryan Singer.
Oke, mari kembali ke Snow White And The Huntsman.
Kita sudah sering mendengar kisah dongeng sebelum tidur legendaris
tentang putri raja cantik seputih salju yang hendak dibunuh ibu tirinya
ini melalui berbagai media, mungkin yang paling terkenal adalah animasi
klasik milik Disney keluaran 1937 itu. Tapi pastinya untuk Snow White And The Huntsman anda harus membuang jauh-jauh imej lembut, ringan dan ceria Disney karena debut film milik sutradara spesialis iklan, Rupert Sanders ini punya tone yang lebih dewasa. lebih gelap dan gothic seperti versi awal milik Grimm bersaudara, bahkan jika dibandingkan dengan rivalnya, Mirror-Mirror-nya Tarsem Singh yang penuh warna warni itu.
Meskipun ini adalah versi modifikasi ulang Sanders yang naskahnya sudah ‘diacak-acak’ trio Evan Daugherty, John Lee Hancock (The Blind Side) dan Hossein Amini (Drive), tapi bukan berarti Snow White And The Huntsman sama sekali berbeda, ia tetap memiliki akar-akar Grimm, tentu saja masih ada putri raja cantik, Snow White
(Kristen Stewart) yang punya Ibu tiri narsis, Queen Ravenna yang tidak
pernah bosan menanyakan siapa yang tercantik di dunia ini kepada
cerminya meskipun ia sendiri sudah tahu jawabaannya, tapi ketika jawaban
sang cermin berubah ia harus membunuh dan memakan jantung putrinya
yang sudah dipenjarakanya selama ini. Untung saja sebelum sempat
terjadi, Putih Salju berhasil meloloskan diri. Nah, sebelum bertemu
dengan tujuh kurcaci dan momen legendaris dengan apel beracun itu, dalam
versi ini Snow White diselamatkan oleh seseorang, tapi bukan oleh prince charming-nya, melainkan oleh seorang pemburu a.k.a Eric The Hunstman
(Chris Hemsworth) yang menjadi bagian penting dalam kisahnya nanti,
sementara pangerannya sendiri yang bernama William (Sam Claflin) bahkan
tidak pernah tahu bahwa pujaan hatinya sejak kecil itu masih hidup.
Ya, saya suka ide modifikasnya, seperti
mencampur aduk kisah klasik Putri Salju yang abadi itu dengan
elemen-elemen lain seperti petualangan melawan kuasa kegelapan ala The Lord of The Rings lengkap dengan para Dwarf-nya, sedikit romansa segitiga yang tidak terlalu terlihat ala Twilight dunia magical ala Alice in Wonderland dan perjuangan dari sosok wanita ala Joan of Arc,
namun yang menjadi adalah eksekusinya. Untuk film berdurasi 2 jam lebih
ia benar-benar terasa terlalu lama. Memasuki pertengahan narasinya
seperti terseok-seok karena Sanders sepertinya ingin lebih memofukskan
kepada parade visualnya yang harus diakui memang cantik, lihat momen di
saat Snow White memasuki desa peri yang magical, indah dan dipenuhi dengan beraneka macam flora dan fauna ajaib itu.
Ada adegan yang tidak perlu macam desa
para wanita jelek, ya, kamu bisa dengan mudah membuang bagian itu tanpa
takut kehilangan poin utamanya. Tapi mungkin yang paling menganggu
adalah sosok Snow White sendiri yang dibawakan lagi-lagi miskin ekspresi oleh Kristen Stewart. Tampaknya karkater sebesar Snow White terlalu berat buatnya. Ya, K-Stew
memang cantik dengan rambutnya yang sehitam malam itu, tapi cantik saja
tidak cukup. Masih teringat jelas bagaimana hambarnya pidato pelecut
semangat menjelang akhir film itu yang seharusnya bisa lebih berkobar
lagi, jelas sangat kontras dengan penampilan sangar Chralize Theron
sebagai sang ibu tiri kejam. Bisa jadi Theron menjadi alasan saya untuk
tetap selalu terjaga di sepanjang film. Karakter Queen Ravenna tampak
begitu jahat dan penuh kebencian dan menariknya, ia punya kilasan masa
lalu yang menjadikan karakternya cukup kuat, karakter yang mungkin tidak
kamu dapatkan dalam Mirror-Mirror-nya Singh sekalipun dengan
Julia Roberts-nya. Yang disayangkan juga adalah lambatnya kemunculan
para 7 kurcaci legendaris yang perannya diisi oleh aktor-aktor Inggris
papan atas macam Ian McShane, Johnny Harris, Bob Hoskins, Toby Jones
Eddie Marsan, Brian Gleeson, Ray Winstone dan Nick Frost. Ah, andai saja
mereka lebih cepat dihadirkan, bisa dipastikan Snow White And The Huntsman akan menjadi lebih menarik lagi dengan segala tingkah laku mereka yang cerewet namun loyal itu.
Jika kamu mau membandingkannya dengan dongeng adaptasi lain, mungkin Snow White And The Huntsman
sejauh ini adalah yang terbaik, tapi untuk ukuran sebuah film fantasi
petualangan, ia jelas tidak terlalu istimewa. Masih banyak kekurangan
besar sana-sini termasuk alurnya yang membosankan dan akting buruk dari
Kristen Stewart yang seperti membuang percuma ide modifikasi menariknya
dan juga penampilan cemerlang Chralize Theron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar